MAKALAH AKIBAT PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
“DAMPAK DI BIDANG POLITIK & SOSIAL”
Disusun oleh :
Ahmad Guzali
WEB KALONG
https://webkalong.blogspot.com
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan berupa
makalah yang berjudul “Akibat Pendudukan Jepang Di Indonesia”
Sumber dari makalah ini berupa informasi yang didapat dari hasil
browsing di internet referensi buku dan sumber, sumber lainnya.
Diantara sumber-sumber tersebut kami susun, semua informasi dan fakta
yang sesuai dengan makalah ini, sehingga menurut kami data-data di
dalam makalah ini sudah cukup akurat.
Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang kami temui
namun kami berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Akhir kata jika ada sesuatu pada khususnya kata-kata yang tidak
berkenan pada hati pembaca mohon dimaklumi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Banjarbaru, Maret 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
A. Dampak di Bidang Politik ................................................................................................. 5
1. Dampak Positif ................................................................................................................... 6
2. Dampak Negatif ................................................................................................................. 7
B. Dampak di Bidang Sosial .................................................................................................. 7
1. Dampak Positif ................................................................................................................... 10
2. Dampak Negatif ................................................................................................................. 11
BAB II PENUTUP ..................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 12
B. Saran .................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada tanggal 7 Desember 1941, terjadi peristiwa yang besar. Pada saat itu,
Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbour, Hawai. Nah, aksi
Jepang ini merupakan sebuah gerakan invasi (aksi militer) yang kemudian
dengan cepat merambah ke kawasan Asia Tenggara. Sehingga di
Januari-Februari tahun 1942, Jepang menduduki Filipina, Pontianak,
Balikpapan, Palembang, Tarakan (Kalimantan Timur), dan Samarinda, yang mana
waktu itu bangsa Belanda masih berada di wilayah Indonesia.
Mengetahui hal itu, sekutu tidak tinggal diam. Mereka kemudian membentuk
komando gabungan. Komando itu bernama ABDACOM (American British Dutch
Australian Command) yang dipimpin oleh Jenderal Sir Archibald Wa ell,
pusatnya terletak di Bandung.
Selang beberapa minggu, Jepang berhasil mendarat di Pulau Jawa, tepatnya di
Teluk Banten pada tanggal 1 Maret 1942, kemudian juga di Kragan (Jawa
Timur), dan di Eretan (Jawa Barat). Nah setelah itu, empat hari kemudian
kota Batavia jatuh ke tangan Jepang, tepatnya pada tanggal 5 Maret 1942.
Setelah Jepang berhasil menguasai beberapa wilayah tersebut, akhirnya
tanggal 8 Maret 1942 Belanda secara resmi menyerah kepada Jepang.
Penyerahan kekuasaan kepada Jepang oleh Sekutu dilakukan pada tanggal 8
Maret 1942 melalui sebuah upacara di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Gubernur
Jenderal Tjardaan Starkenborgh dan Jenderal Ter Poorten menjadi wakil
Sekutu dalam upacara tersebut, kemudian Jenderal Hitoshi Imamura menjadi
wakil dari Jepang. Dengan berakhirnya upacara penyerahan tersebut, secara
otomatis kemudian Indonesia berada di bawah jajahan Jepang.
Dimulainya penjajahan Jepang di Indonesia menambah mimpi buruk masyarakat
Indonesia pada waktu itu. Soalnya politik imperialisme Jepang, bukan hanya
berorientasi pada eksploitasi sumber daya alamnya saja, akan tetapi
manusianya juga jadi orientasi eksploitasi mereka. Jepang melakukan
eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Sumber-sumber kekayaan alam Indonesia
dan juga tenaga-tenaga masyarakat Indonesia mulai dikuras oleh Jepang.
Untuk memenuhi semua keinginannya, Jepang melakukan berbagai cara, mulai
dari pernjanjian-perjanjian, hingga cara-cara kekerasan .
1. Apa akibat pendudukan Jepang di Indonesia dalam bidang Politik?
2. Apa akibat pendudukan Jepang di Indonesia dalam bidang Sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dampak di Bidang Politik
Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan
mewajibkan penggunaan bahasa Jepang. Struktur pemerintahan dibuat sesuai
dengan keinginan Jepang, misalnya desa dengan Ku , kecamatan dengan So,
kewedanan dengan Gun, kotapraja dengan Syi, kabupaten dengan Ken , dan
karesidenan dengan Syu.
Setiap upacara bendera dilakukan penghormatan ke arah Tokyo dengan
membungkukkan badan 90 derajat yang ditujukan pada Kaisar Jepang Tenno
Heika.
Jepang juga membentuk pemerintahan militer dengan angkatan darat dan
angkatan laut. Angkatan darat yang meliputi Jawa-Madura berpusat di
Batavia. Sementara itu di Sumatera berpusat di Bukittinggi, angkatan laut
di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian berpusat di Ujungpandang
(sekarang Makassar). Pemerintahan itu berada di bawah pimpinan panglima
tertinggi Jepang untuk Asia Tenggara yang berkedudukan di Dalat, Vietnam.
Jepang pun juga membentuk organisasi-organisasi dengan maksud sebagai alat
propaganda, seperti Gerakan Tiga A dan Putera, tetapi gerakan tersebut
gagal dan dimanfaatkan oleh kaum pergerakan sebagai wadah untuk pergerakan
nasional. Tujuan utama pemerintahan Jepang adalah menghapuskan pengaruh
Barat dan menggalang masyarakat agar memihak Jepang. Kebijakan politik
Jepang yang sangat keras itu membangkitkan semangat perjuangan rakat
Indonesia terutama kaum nasionalis untuk segera mewujudkan cita-cita
mereka, yaitu Indonesia Merdeka.
Sejak awal pemerintahannya, Jepang melarang bangsa Indonesia berserikat dan
berkumpul. Oleh karena itu, Jepang membubarkan organisasi-organisasi
pergerakan nasional yang dibentuk pada mas Hindia Belanda, kecuali MIAN.
MIAI kemudian dibubarkan dan digantikan dengan Masyumi. Para tokoh
pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang mengambil sikap kooperatif.
Dengan sikap ini, meraka banyak yang duduk dalam badan-badan yang dibentuk
oleh pemerintah Jepang, seperti Gerakan 3 A, Putera, dan Cuo Sangi In.
Selain itu, para tokoh pergerakan nasional juga memanfaatkan
kesatuan-kesatuan pertahanan yang dibentuk oleh Jepang, seperti Jawa
Hokokai, Heiho, Peta, dan sebagainya.
Kebijaksanaan pemerintah Jepang tersebut bertujuan untuk menarik simpati
dan mengerahkan rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam perang melawan
sekutu, namun kenyataannya dimanfaatkan oleh para tokoh pergerakan
nasional, sehingga banyak memberikan keuntungan bagi perjuangan bangsa
Indonesia. Dengan demikian, pemerintah jepang berhasil melakukan
pengekangan terhadap berbagi kegiatan pergerakan nasional, namun tidak
berhasil mengekang berkembangnya kesadaran nasional bangsa Indonesia menuju
Indonesia merdeka
Secara singkat, dalam bidang politik Jepang melakukan berbagai propaganda,
antara lain yaitu :
· Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia atau sering disebut
Hakko Ichiu.
· Membangun pendidikan berbentuk beasiswa untuk mencuri simpati rakyat.
· Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin Asia, Jepang pelindung Asia, Jepang cahaya Asia).
· Menarik simpati umat islam dengan memberangkatkan ibadah Haji.
· Menarik simpati organisasi Islam seperti organisasi MIAI.
- Melaksanakan politik dumping.
1. Dampak Positif
a. Melarang penggunaan Bahasa Belanda dan memperbolehkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
b. Dibentuknya badan persiapan kemerdekaan Indonesia, yaitu BPUPKI dan PPKI. Dengan kemunculan badan persiapan ini, muncullah ide Pancasila.
c. Mendukung semangat Anti-Belanda, sehingga secara tidak langsung Jepang ikut mendukung semangat jiwa nasionalisme Indonesia.
d. Memberi kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk ikut serta dalam pemerintahan politik.
2. Dampak Negatif
a. Dilarangnya kegiatan politik dan dibubarkannya organisasi politik yang ada.
b. Dilarangnya segala jenis rapat dan kegiatan politik.
B. Dampak di Bidang Sosial
Salah satu kebijakan yang cukup penting dalam bidang sosial adalah
pembagian kelas masyarakat seperti pada zaman Belanda. Masyarakat hanya
dibedakan menjadi ‘saudara tua’ (Jepang) dan ‘saudara muda’ (Indonesia).
Sedangkan penduduk Timur asing, terutama Cina adalah golongan masyarakat
yang sangat dicurigai karena di negeri leluhurnya bangsa Cina telah
mempersulit bangsa Jepang dalam mewujudkan cita-citanya. Hal ini sesuai
dengan propaganda Jepang bahwa ‘Asia untuk bangsa Asia’. Namun dalam
kenyataannya, Indonesia bukan untuk bangsa Asia, melainkan untuk bangsa
Jepang. Untuk mencapai tujuannya, Jepang mengeluarkan beberapa kebijakan di
bidang sosial, seperti:
· Pembentukkan Rukun Tetangga (RT). Untuk mempermudah pengawasan dan
pengerahan
· penduduk, pemerintah Jepang membentuk Tanarigumi (RT). Pada waktu itu,
Jepang membutuhkan tenaga yang sangat besar jumlahnya untuk membuat
benteng-benteng pertahanan, lapangan pesawat terbang darurat, jalan, dan
jembatan. Pengerahan masyarakat sangat terasa dengan adanya Kinrohoishi
(kerja bakti yang menyerupai dengan kerja paksa). Oleh karena itu,
pembentukkan RT dipandang sangat efektif untuk mengerahkan dan mengawasi
aktivitas masyarakat.
· Romusha adalah pengerahan tenaga kerja secara paksa untuk membantu
tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh Jepang. Pada awalnya, romusha
dilaksanakan dengan sukarela, tetapi lama-kelamaan dilaksanakan secara
paksa. Bahkan, setiap desa diwajibkan untuk menyediakan tenaga dalam jumlah
tertentu. Hal itu dapat dimaklumi karena daerah peperangan Jepang semakin
luas. Tenaga romusha dikirim ke beberapa daerah di Indonesia, bahkan ada
yang dikirim ke Malaysia, Myanmar, Serawak, Thailand, dan Vietnam. Para
tenaga romusha diperlakukan secara kasar oleh Balatentara Jepang. Mereka
dipaksa untuk bekerja berat tanpa mendapatkan makanan, minuman, dan jaminan
kesehatan yang layak. Kekejaman Jepang terhadap tenaga romusha menyebabkan
para pemuda berusaha menghindar agar tidak dijadikan tenaga romusha.
Akhirnya, Jepang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kasar.
· Pendidikan. Pada zaman Jepang, pendidikan mengalami peru-bahan. Sekolah
Dasar (Gokumin Gakko) diperuntukkan untuk semua warga masyarakat tanpa
membedakan status sosialnya. Pendidikan ini ditempuh selama enam tahun.
Sekolah menengah dibedakan menjadi dua, yaitu: Shoto Chu Gakko (SMP) dan
Chu Gakko (SMA). Di samping itu, ada Sekolah Pertukangan (Kogyo Gakko),
Sekolah Teknik Menengah (Kogyo Sermon Gakko), dan Sekolah Guru yang
dibedakan menjadi tiga tingkatan. Sekolah Guru dua tahun (Syoto Sihan
Gakko), Sekolah Guru empat tahun (Guto Sihan Gakko), dan Sekolah Guru dua
tahun (Koto Sihan Gakko). Seperti pada zaman Belanda, Jepang tidak
menyelenggarakan jenjang pendidikan universitas. Yang ada hanya Sekolah
Tinggi Kedokteran (Ika Dai Gakko) di Jakarta, Sekolah Tinggi Teknik (Kagyo
Dai Gakko) di Bandung. Kedua Sekolah Tinggi itu meru-pakan kelanjutan pada
zaman Belanda. Untuk menyiapkan kader pamong praja diselenggarakan Sekolah
Tinggi Pamongpraja (Kenkoku Gakuin) di Jakarta.
· Penggunaan Bahasa Indonesia. Menurut Prof. Dr. A. Teeuw (ahli Bahasa
Indonesia berkebangsaan Belanda) bahwa pendu-dukan Jepang merupakan masa
bersejarah bagi Bahasa Indonesia. Tahun 1942, pemerintah pendudukan Jepang
melarang penggunaan Bahasa Belanda dan digantikan dengan Bahasa Indonesia.
Bahkan, pada tahun 1943 semua tulisan yang berbahasa Belanda dihapuskan
diganti dengan tulisan berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya
sebagai bahasa pergaulan, tetapi telah menjadi bahasa resmi pada instansi
pemerintah dan lembaga pendidikan. Sejak saat itu, banyak karya sastra
telah ditulis dalam Bahasa Indonesia, seperti karya Armin Pane yang
berjudul Kami Perempuan (1943), Djinak-djinak Merpati, Hantu Perempuan
(1944), Barang Tidak Berharga (1945), dan sebagai-nya. Pengarang lain
seperti Abu Hanifah yang lebih dikenal dengan nama samaran El Hakim dengan
karyanya berjudul Taufan di atas Angin, Dewi Reni, dan Insan Kamil. Selain
itu, penyair terkenal pada masa pendudukan Jepang, Chairil Anwar yang
mendapat gelar tokoh Angkatan ’45 dengan karyanya: Aku, Kerawang Bekasi,
dan sebagainya.
· Dengan demikian, pemerintah pendudukan Jepang telah mem-berikan kebebasan
kepada bangsa Indonesia untuk mengguna-kan dan mengembangkan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar, bahasa komunikasi, bahasa resmi, bahasa
penulisan, dan sebagainya. Bahasa Indonesia pun berkembang ke seluruh
pelosok Tanah Air.
· Jepang memperkenalkan sistem Tonorigumi (Rukun Tetangga/RT) yang
tergabung dalam Ku (desa)
· Kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan sebab rakyat harus
memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuhnya.
· Rakyat juga harus kerja paksa yang disebut dengan kerja Romusha. Dari
kerja paksa tersebut menyebabkan jatuh banyak korban akibat kelaparan dan
terkena penyakit.
· Banyak wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu”
pada masa itu.
Komunikasi di Indonesia mengalami kesulitan baik komunikasi antar pulau
maupun komunikasi dengan dunia luar, karena semua saluran komunikasi
dikendalikan oleh Jepang.
Semua nama kota yang menggunakan Bahasa Belanda diganti dengan Bahasa
Indonesia, seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor.
Sementara itu, untuk mengawasi karya para seniman agar tidak menyimpang
dari tujuan Jepang, maka didirikanlah pusat kebudayaan pada tanggal 1 April
1943 di Jakarta, yang dinamai Keimun Bunka Shidosho.
Jepang yang semula disambut dengan senang hati, lambat laun berubah menjadi
kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada
pemerintah Kolonial Belanda.
Mengapa ? Hal ini dapat dikarenakan beberapa hal, yaitu :
· Jepang seringkali bertindak sewenang-wenang. Seringkali rakyat tidak
bersalah ditangkap, ditahan dan disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh
kempetai (polisi militer Jepang).
· Banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu Jepang dengan dalih
untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, namun ternyata hanya
dipaksa untuk melayani para kempetai (nafsu seks). Para gadis tersebut dan
perempuan tersebut disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita
penghibur. Kamp-kamp tersebut dapat ditemukan di Semarang, Jakarta, Solo,
dan Sumatera Barat.
1.
Dampak Positif
a. Mulai berkembangnya tradisi kerja bakti massal melalui kinrohosi.
b. Munculnya sikap persatuan dan kesatuan dalam mengusir penjajah di
Indonesia.
c. Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang
yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
d. Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu
Tonarigami atau Rukun Tetangga (RT).
2.
Dampak Negatif
a. Adanya praktik perbudakan wanita (yugun ianfu). Banyak wanita muda
Indonesia yang digunakan sebagai wanita penghibur bagi perang Jepang.
b. Kegiatan romusha yang menyengsarakan dan memiskinkan rakyat.
c. Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independent dan pengawasan
berada di bawah pengawasan Jepang.
d. Terjadinya kondisi yang parah dan maraknya tindak kriminal seperti
perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa negara pernah menjajah Indonesia sangat lama hingga berabad-abad,
Namun ada juga yang hanya menjajah selama beberapa tahun. Pemerintah
penjajah kadang juga berjasa dalam pembangunan beberapa fasilitas umum
seperti jalan, jembatan, perkebunan, rel kereta api, saluran irigrasi, dan
beberapa fasilitas lain. Namun penjajahan tetap saja harus dihentikan
karena menimbulkan penderitaan bagi negara yang dijajah, namun di lain
pihak negara yang menjajah akan semakin makmur.
B. Saran
Dalam makalah ini, kami berharap supaya kita sebagai bangsa Indonesia dapat
memahami peristiwa sejarah mengenai Pendudukan Jepang di Indonesia. Selain
itu agar kita tetap menjaga dan melestarikan sumber kekayaan alam seperti
rempah-rembah dan yang lainya, yang mana dahulu bangsa Jepang memonopilinya
DAFTAR PUSTAKA
Fahri Abdillah. 8 Januari 2018. " Proses dan Latar Belakang Pendudukan Jepang di Indonesia".
https://blog.ruangguru.com/proses-dan-latar-belakang-pendudukan-jepang-di-indonesia
Mas Poer. 24 Januari 2017. "
Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia (Politik, Ekonomi, Birokrasi,
Militer, Kebudayaan)
".
http://www.freedomsiana.com/2017/01/dampak-pendudukan-jepang-di-indonesia.html
YoonBomii. 13 Januari 2017. "
Dampak pendudukan jepang di bidang politik bagi bangsa Indonesia adalah
".
https://brainly.co.id/tugas/8978621
M Prammuda. 2019. "Akibat Pendudukan Jepang di Indonesia".
https://www.academia.edu/36668010/Akibat_Pendudukan_Jepang_di_Indonesia
Asrur Rifa. 2016. "
Dampak Pendudukan Jepang dalam Berbagai Aspek Kehidupan Bangsa
Indonesia
".
https://www.siswamaster.com/2016/04/dampak-pendudukan-jepang-di-indonesia.html
Ardelia Wardani. 2017. "Dampak pendudukan jepang di indonesia dalam Bidang
sosial".
http://ardeliawardani.blogspot.com/2017/05/dampak-pendudukan-jepang-di-indonesia.html
Fitur Copy saya matikan jadi silahkan download file wordnya di bawah ini :
Share This :
0 comments